Curhat: Thank You

Terima kasih untuk kamu yang beberapa bulan ini mengisi space hati saya yang kosong. Tampaknya sangat indah. Rasanya manis seperti gulali. Terima kasih.

Terima kasih juga karena beberapa minggu terakhir ini kamu berhasil membuat saya menggalau. Bukan karena apa-apa. Mungkin karena saya yang terlalu berharap sama kamu. Bagaimana tidak berharap? Kita kenal saja tidak, jangankan kenal, kamu tahu saya suka kamu juga sepertinya kamu tidak peduli. Mungkin benar kata guru-guru sains, jika tidak ada aksi maka tidak ada reaksi. Tapi apakah kamu tahu, saya tidak memberikan reaksi karena takut? Takut akan semua risiko buruknya. Saya tidak siap dengan konsekuensi itu.

Lihat dirimu. Kamu tuh charming, menarik, enak diliat, baik, dan sepertinya kamu bukan tipe orang jahat. Saya suka kamu apa adanya. Tapi melihat keadaan kamu yang cuek sama saya, males deh. Masa harus saya yang duluan. Saya ini wanita. Memang saat ini jamannya emansipasi. Tapi apa mungkin cinta juga mengalami emansipasi? Sebagian orang mungkin ada yang pro. Tapi sebagian orang lagi pasti kontra, dan saya salah satunya. Saya juga kurang menikmati dengan lingkungan temanmu. Kalau saya perhatikan sih, sepertinya mereka tidak suka akan kehadiran saya. Saya tidak mengerti, tapi saya dapat merasakan hal itu dengan sangat jelas. Sepertinya memang jalan untuk saya dan kamu sangat sulit.

Saya berjanji tidak akan berharap sama kamu, saya tidak akan mengganggu kehidupan kamu lagi, saya tidak akan mengganggu teman-temanmu lagi, saya akan tutup diary saya tentang kamu. Walaupun diary itu indah namun saya akan buang jauh-jauh, kalau perlu saya akan membakar diary itu supaya saya tidak dapat mengingatmu yang tak pasti itu. Saya janji.

Yang terakhir yaitu terima kasih karena kamu menjadi inspirasi saya membuat banyak karya cerpen. Saya tidak membencimu, saya hanya ingin membuat diri saya dan kamu merasa nyaman seperti hari-hari sebelum kamu tahu saya yang seperti ini. Satu hal yang dapat pelajari darimu yaitu: menjadi temanmu sangatlah sulit. (untuk SA)