Kau nyanyikan senandung lagu rindu di atas perahu kayu, di atas danau berwarna hijau bening itu. Kau terenyuh dengan suara gemericik air yang timbul akibat kayuhan dayung yang kau buat. Kau sangat gembira melihat banyak burung berekor indah berduaan di atas tangkal pohon yang tak berdaun. Kau gembira melihat daun yang mulai berguguran dari tangkainya karena kau tahu, musim dingin akan segera tiba dengan jutaan butir salju. Tapi mengapa kau menangis saat kau dapati dirimu tak lagi berbahagia dengan pasanganmu saat ini. Kau sangat merasakan kehampaan hati yang mulai tak terbendung lagi. Kau selalu melihat wajahnya di depanmu, namun kau tak dapat merasakan hadirnya disisimu lagi.
Langit kini mulai tak menampakkan rona kebiruannya lagi, sama seperti dirimu. Bagaikan angin yang berhembus kencang yang menggiring ombak untuk bersinggah di pantai sejenak. Hatimu roboh, seperti pepohonan yang ditebang para penjarah hutan yang rakus. Kau tak pantas berada disini. Dihatiku ini. Lagi.
Mungkin kisahku bukan apa – apa untukmu. Namun kisahku selalu mengharapkan kau untuk hadir memenuhinya dengan berjuta cerita. Cerita yang kau tahu dan kau lakukan. Kisahku sangat berharap itu terjadi.
Aku ingin aku selalu ada di hatimu hingga air matamu tak lagi terjatuh hanya untukku.
141209
Tidak ada komentar:
Posting Komentar